1.08.2010

Kontroversi Tabung Gas 3 KG

Photobucket
DjarumBlack Blog Competition

Kembali lagi ke black in news yang akan memberikan informasi seputar Tanda Mata Dari Abad Ke Dua Puluh (Souvenir From The Century) mohon maaf bagi teman-teman sekalian bila akhir-akhir ini saya jarang blogwalking, saya janji akan membalas kunjungan teman-teman semua kapanpun dan di artikel manapun teman-teman meninggalkan komentar, harap di maklumi karena saya sedang sibuk memikirkan karir saya yang sedang anjlok sehingga saya butuh pekerjaan baru untuk berjaga-jaga (bila pekerjaan saya yang sekarang memberhentikan eksistensi saya berikut fungsinya).
Okelah boleh kita lanjutkan untuk black in news with category Souvenir From The Century kali ini akan menjatuhi Tabung Gas 3 kg.
Aneh bukan? Iya memang dunia ini di penuhi dengan sesuatu yang aneh. Fenomena yang terjadi sepanjang tahun 2008/2009 (dan sekitarnya) mengadopsikan fikiran kita pada masalah pelik akan kelangkaan energi khususnya minyak bumi berikut upaya pemerintah untuk mengkonversinya ke gas elpiji.
Di Indonesia keberadaan minyak bumi dan produk-produk yang di hasilkanya seakan-akan bernilai emas…tepatnya emas cair, betapa tidak, kini harga bensin dan minyak tanah melonjak naik sekian jauhnya bila di bandingkan sewindu sebelumnya. Kenaikan harga bahan bakar minyak tersebut di sebabkan oleh berkurangnya stok minyak bumi di dalam tanah sehingga menyebabkan kepanikan internasional yang berakibat dengan panasnya persaingan harga pasar minyak. Saat ini harga minyak dunia telah mencapai 80 US $ per barel.
Para pakar terkait mulai melirik sumber energi alternative yang bisa di manfaatkan untuk hajat hidup orang banyak, karena kita semua tahu bila minyak bumi dan batubara adalah sumber energi utama yang mampu menaungi kebutuhan kita akan listrik dan tehnologi (logikanya, pembangkit listrik membutuhkan minyak sedangkan tehnologi bisa di fungsikan hanya dengan listrik).
Mulai dari pembangkit
energi tenaga matahari, kincir air dan angin, blue energy , gas alam sampai pada nuklir. Namun yang kita bahas kali ini adalah sumber energi untuk keperluan rumah tangga (khususnya masak-memasak) karena itulah yang paling vital dan berpotensi menyulut situasi ekonomi yang panas.
Maka di sahkanlah program konversi minyak tanah ke gas elpiji oleh pemerintah, saya sempat menjadi petugas koordinasi lapangan untuk program ini sehingga saya tahu sedikit banyak tentang gas elpiji. Pembagian tabung gas 3 kg dan segala aksesorisnya berupa kompor satu tungku, regulator dan selang kepada masyarakat di lakukan secara bertahap dari daerah ke daerah.
Sebuah revolusi tak akan berjalan tanpa kontroversi, banyak sekali kendala yang timbul di masyarakat kita berkaitan dengan tabung gas ini, antara lain : Bahaya kebakaran dan harga gas yang semakin hari semakin naik (Aneh, saat minyak tanah semakin langka dan mahal, masyarakat di berikan solusi untuk beralih ke gas elpiji dengan alasan biaya per-bulanya lebih murah serta pasokan gas alam masih melimpah ruah, namun begitu semuanya menggunakan gas elpiji, harga gas akhirnya di naikan juga DENGAN ALASAN “LANGKA”, apakah ada konspirasi di balik semua ini?).
Namun setidaknya Tabung gas 3 kg telah dirasakan manfaatnya, baik dari segi kebersihan, kecepatan panas dan efisiensi. Perlu saya konfirmasikan di sini, sebab-sebab meledaknya tabung gas elpiji.


Kontroversi selalu wajar terjadi dalam setiap perubahan, asalkan perubahan selalu mengarah pada hal yang baik, lepas dari kontroversi akan keamanan serta harganya…TABUNG GAS 3 KG pantas di nobatkan sebagai Souvenir From The Century . Karena dari tabung tersebut kita semua bisa menikmati memasak dengan kompor gas yang dulunya hanya mampu di jangkau oleh orang-orang kaya. Dan TABUNG GAS 3 KG telah berhasil di terima masyarakat sebagai alternative pengganti minyak tanah, Mungkin juga, keberadaan Tabung Gas 3 kg merupakan titik awal revolusi energy di Indonesia karena bisa jadi suatu hari nanti konsumsi gas elpiji kita akan meniru amerika serikat (distribusi gas melalui pipa bawah tanah dan iuran di bayar perbulan, mirip seperti air PDAM).


0 komentar temen: